penting nya kedisiplinan dalam proses pendidikan sekolah

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil’Alamin, segala puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmia ini yang berjudul “penting nya kedisiplinan dalam proses pendidikan sekolah”. Shalawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
sebagai pemahaman dan bahan pelajaran bagi penulis pada khususnya bagi pembaca pada umumnya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihat yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materil, sehingga tersusunlah karya ilmiah ini. Semoga bantuan bapak / ibu, saudara / i dan kawan – kawan menjadi amal saleh disisi Allah SWT dan mendapat imbalan yang setimpalnya.
Akhirnya penulis menyadari masih  banyak kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam mensun makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang sangat membangun. Semangat penulis untuk lebih giat dalam mempelajari dan menganalisanya yang penulis harapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang.





Banda Aceh, 05 Oktober 2010


Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Agama adalah inti (core) dari kebudayaan. Agama dengan normanya berkaitan dengan kehidupan lahir dan batin. Agama, walaupun berpusat pada dunia spritual yang metafisis, juga memancar pada dunia rasional dan empiris. Semua agama mempunyai ciri – ciri umum yang sama, antara lain : kepercayaan kepada Yang Gaib, dan norma – norma kehidupan.
Menurut Robert B. Tylor, ada lima fungsi agama dalam kehidupan manusia dan masyarakat : (1) memberi penjelasan (Exsplanation), (2) memberi ketentraman hati kepada manusia (Reassurance), (3). Mengesahkan (Validation), terhadap kebiasaan dan nilai masyarakat, (4). Pengikat Sosial (Social Integration), (5). Pengikat kebudayaan (Culture Integration).[1]
Perjalanan panjang sebuah kehidupan manusia senantiasa diliputi dengan kejadian dan pristiwa yang sangat beragam. Dalam pandangan itulah kehadiran agama sangat terasa menjadi pegangan hidup. Islam  menyarhkan diri, penyerahan diri kepada setiap kehendak Allah. Seorang muslim ialah orang yang patuh pada perintah Allah. Tanda yang spesifik dari agama islam adalah pendapatnya mengenai kepatuhan. Tuntutan ini telah dapat menghidupkan rasa kesetiaan yang kokoh dan penyerahan diri mutlak dalam hati penganut – penganutnya.
Islam dengan kitab sucinya Al – Qur’an yang  merupakan kalam illahi dan sumber dari seluruh ilmu pengetahuan.al – Qur’an pada dasarnya adalah buku keagamaan, tetapi tidak hanya bicara tentang ibadah, surga dan neraka. Pembicaraan mengenai kehidupan dunia lebih  banyak dari pada pembicaraan mengenai kehidupan akhirat.[2] Disegi lain, Al – Qur’an selalu menjadi objek penafsiran parasarjana muslim dari berbagai aspeknya. Penafsiran itu berkembang sesuai dengan perkembangan alam pikiran para penafsirnya.
Manusia meninggalkan kebudayaan dalam sejarah kehidupannya. Tingkatan kebudayaan yang telah mencapai tingkat yang tinggi dan luhur disebut peradaban. Semua peradaban dimulai ketika orang – orang mulai hidup bersama dalam kelompok yang besar. Setelah itu mereka secara bertahap ataupun berangsur – angsur membentuk suatu komunitas baru yang lebih maju dan lebih besar jumlah anggotanya. Setiap peradaban mempunyai karakter yang khas dan unik sala satu cirinya adalah berkembangnya beragam ilmu pengetahuan dan teknologi baru yang lebih maju, seperti bidang astronomi, kesehatan, arsiteklur, kesenian, ilmu ukur dan sebagainya.[3]
Pada masa Agama Islam pertama kali muncul, bukan hanya berkaitan dengan politik tetapi berkembang pula ilmu pengetahuan. Sejarah Islam diwarnai juga dengan sejarah pemikiran, disamping sejarah peristiwa empirik masyarakat Islam, juga sejarah teori realitas empirik, dan disamping sejarah perilaku umat yang dibimbing Al-Qur’an, juga sejarah pemahaman/ penafsiran Al–Qur’an dan intraksi Al–Qur’an dengan dunia budaya. Sejarah islam merupakan masa berkembang pemikiran yang paling subur yang pernah dilalui alam pikiran budaya manusia. Ia melahirkan pemikiran disegala bidang pemikiran budaya yang sampai kini masih tetap hidup dan berkembang mempengaruhi alam pikiran sikap dan perilaku kaum muslim. Bukan hanya pencipta berkembang politik, ekonomi, dan sosial, tetapi juga melahirkan dan mengembangkan pemikiran. Segala aspek pemikiran kemanusiaan yang menghidupkan dan memberi vitalitas pada warisan pemikian sebelum Islam seperti alam pemikiran Yunani, Persia, India dan Cina. Ia menjadi jembatan antara pemikiran klasik dengan pemikiranmodren. Tampa alam pikiran dan budaya Islam, tak akan lahir alam pemikiran dan budaya barat modren. Tampa jembatan itu, manusia kini takkan pernah menikmati kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modren sekarang.
Hanya saja pada masa kini, pemikiran Barat lebih banyak masuk kedalam dunia Islam, pada hal dunia Baratlah yang menyadurdan menerjemakan pemikiran budaya Islam sehingga mereka memberi label sebagai milik Barat. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk menganalisa secara lisan dan tulisan dengan memberi judul “Membangun Peradatan Islam melalui Islamisasi Ilmu Pengetahuan”.

1.2. Ruang Lingkup.
Agar lebih tarah penyelesaian permasalahan ini, perlu kiranya penulis memberikan batasan secara sederhana tentang ruang lingkup, yaitu:
1.      Sejauh mana ilmu pengetahuan dan kebudayaan dipandanig ari segi keislaman dan dalam pandangan Al–Qur’an.
2.      Bagaimana peranan pemikiran Islam dalam meletakan dasar –dasar pemikirannya dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang tidak bertentangan dengan Al–Quran dan As–Sunnah.

1.3. Sistematika Pembahasan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka yang menjadi sistematika dalam penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
BAB I             : PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, ruang lingkup dan sistematika pembahasan.

BAB II                        : LANDASAN TEORITIS
Bab ini merupakan isi yang diuraikan.

BAB III          : PENUTUP
Bab penutup terdiri dari kesimpulan, kritik dan saran.
















                               BAB II
                             LANDASAN TEORITIS

2.1. Kebudayaan Dan Ilmu Pengetahuan Dalam  Pandangan Al–Qur’an
Setiap masyarakat dibelahan bumi manapun telah memiliki kebudayaan dentgan tingkat – tingkat kebudayaan yang berbeda. Ada masyarakat yang masih sangat primitif atau sedaerhana dan ada pula yang telah mencapai tingkatan yang maju atau modern. Penilaian akan tinggi atau rendahnya suatu tingkatan kebudayaan tidak dapat terukur secara pasti karena kebudayaan memiliki sifat yang relatif atau nasbi.
Peradaban adalah puncak dari hasil kebudayaan yang bernilai tinggi, maju, indah, sopan, mulia, halus tertib dan sebagainya. Nilai – nilai peradaban mengandung nilai – nilai keluhuran budi dari segala hasil cipta, rasa, karsa suatu kelompok manusia atau masyarakat. Perkembangan kehidupan suatu masyarakat akan lebih baik lagi atau sejalan dengan hukum Allah yang berlaku dialam semesta, yakni melalui tingkat demi tingkat, dan untuk itu diperlukan usaha/ kerja keras dengan mendayagunakan potensi akal pikir dan sumber daya alam. Hal ini seperti yang tertulis dalam AL – Qur’an, Firman Allah SWT:
“Sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)” (QS. Al-Insyiqaa :19)
Dan Firman Allah SWT:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. (QS. Ar–Ra’d :11).
Alam beserta isinya (khususnya bumi) telah disediakan oleh Allah untuk tempat hidup dan sumber kehidupan bagi umat manusia. Nikmat ini tentu perlu dan wajib disyukuri, masyarakat yang dinamis akan menggerakan perubahan. Dari sinilah muncul peradaban yang ditandai dengan berkembangnya beragam ilmu pengetahuan dan tekhnologi baru yang lebih maju. Potensi akal pikir yang telah diberikan oleh Allah kepada setiap insan dapat di kembangkan secara optimal bila didukung adanya sikap penghargaan terhadap ilmu yang diikuti adanya pengembangan majelis keilmuan. Perlu disadari betapa pentingnya peranan ilmu bagi peningkatan taraf hidup pribadi maupun masyarakat, dan pentingnya menuntut ilmu untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat dan tidak terlepas dari AL–Qur’an dan As–Sunnah sebagai pedoman hidup bagi orang muslim.
Allah SWT berfirman :
Wahai orang – orang yang beriman ! apabila dikatakan pada mu, ‘Berilah kelapangan didalam majelis – majelis, “maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan,”Berdirilah kamu,”maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang – orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al–Mujadilah : 11).
Dengan selalu berpegangan pada Al–Qur’an dan As–Sunnah, umat Islam membuat suatu kebudayaan islam yang sangat maju, baik dibidang politik, ekonomi, sosial–budaya dan ilmu pengetahuan dan keamanan.
Islam sangat menjunjung tinggi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena dengan itulah manusia akan dapat menjelajah segala penjuru langit dan bumi sebagai bukti tanda kekuasaan Allah SWT. Perkembangan suatu masyarakat (termasuk) peradaban umumnya mengikuti pola siklus kehidupan, yaitu masa kelahiran, pertumbuhan, kejayaan, kemunduran dan keruntuhan. Tingkat tekhnologi yang tinggi dapat dicapai bila masyarakat telah memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya ilmu pengetahuan dan tidak terlepas dari Al–Qur’an dan As–Sunnah. Firman Allah :
“Sebenarnya, (Al–Quran) itu adalah aya –ayat yang dijelaskan didalam dada orang-orang yang berilmu. Hanya orang–orang yang zalim yang mengingkari ayat – ayat kami.”(QS. Al-AnKabut : 49 ).

2.2. Pemikiran Islam Dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Islam dengan kebudayaan dan peradaban yang tinggi telah melahirkan para pemikir dari berbagai bidang pemikiran dan ilmu pengetahuan. Dinamika yang menggambarkan bagaimana pemikiran itu muncul, berkembang dengan cepat dan dahsyat, kemudian mandeg, mundur dan runtuh, tetapi kembali bangkit dimasa modern dengan penuh vitalitas sekalipun mengahdap[i tantangan intern dan ekstern yang kuat. Dan hal itu sejalan dengan dinamika perkembangan budaya islam dalam aspek – aspek lainnyan, terutama politik, sosial, dan sains.
Pemikiran keislaman yang lahir dan berkembang penuh vitalitas dan dinamik itu karena faktor ajaran Al–Qur’an, As–Sunnah, dan kebutuhan akan jawaban tantangan sezaman.[4] Disamping itu, Al–Qur’an mendorong penganutnya untuk selalu menggunakan akal pikiran, seperti Firman Allah SWT :
Katakanlah (hai Muhammad) : perhatikan dengan ikhtizhar (nalar) apa – apa yang ada dilangit dan dibumi. (QS. Yunus (10) : 101)
AL–Qur’an mencela orang–orang yang hanya mengikuti pemikiran dan kepercayaan leluhurnya. Firman Allah SWT dalam al–Qur’an :
Dan yang percya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang – orang yang rugi (QS. AL – ‘Ankabut (29) : 52)
As–Sunnah yang merupakan pola – pola pengajaran Al–Qur’an dalam realitas empirik, penuh dengan contoh – contoh cara menanam kecintaan dalam diri penganut islam terhadap ilmu.[5] Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa mencari ilmu dapat dilakukan sejak dari atunan sampai masuk keliang lahat. Beliau juga menyuruh  mencari ilmu pengetahuan sampai ke negeri china. Pada hal, negeri China untuk masa itu sangatlah jauh dari madinah. Islam mendorong untuk senantiasa kritis terhadap pemikiran sendiri dan terbuka terhadap pemikiran dari luar yang positif.
Disamping faktor Al–Qur’an dan As–sunnah yang mendorong kaum muslim untuk penuh dinamika dan gairah mengembangkan pemikiran, tantangan sezaman juga menuntuk kaum muslim untuk mengembangkan ilmu dan pemikiran filosofik ke islaman mereka.
Islam dengan kebudayaan telah berjalan selama XV abad. Dalam perjalanannya yang demikian panjang tedapat lima abad perjalanan yang menaklukkan dalam kegiatan pemikiran filsafat, yaitu antara abad ke VII – XII. Al – Qur’an yang merupakan sumber dari segala sumber ilmu kemudian bertemu dengan filsafat yang juga disebut Master Sciertiarum atau induk induk segala pengetahuan. Tantangan ke agamaan inilah yang menuntuk islam untuk mampu menyelesaikan masalah – masalah filosofik di tempat islam menyebar saat itu. Cara berpikir filsafat telah mendobrak pintu serta tembok-tembok tradisi kebiasaan. Lalu pada saat yang sama telah pula berhasil mengembang






kan cara berfikir rasional, luas dan mendalam, teratur dan jelas, integral dan koheren, metodis dan sistematis, logis, kritis dan analisis.
Ketika Islam masuk ke wilayah pengaruh filsafat Yunani, Persia, dan India, mereka dihadapkan padapemikiran-pemikiran tentang Tuhan, alam, dan manusia yang perlu dijelaskan darisudut ajaran Islam dengan cara yangdapat menunjukkan kelebihan ajaran Islam.[6] Para ahli fikir Islam merenungkan tentang kedudukan manusia didalam hubungannya dengan manusia, alam, dan dengan tuhan, dengan menggunakanakal fikirnya.
Filsafat Islam adalah suatu usaha menyesuaikan antara apa yang dinamakan wahyu dan akal, antara aqidah dan hikmah, antara agama dan filsatfat. Sehingga dapat dinyatakan kepada manusia bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal dan aqidah, bila ia sadari dengan hikamh akan memberi ketenangan jiwa. Karena itulah berkembang filsafat dan logika Aristoteles di antara mereka. Berkat ilmu-ilmu dari yunani itulah, ilmu kalam Ushul Fiqh, dan Tasawuf berkembang secara pesat.
Berkembangnya pemikiran dalam berbagai bidang keilmuan, baik keilmuan yang berkaitan dengan keagamaan yang dikenal dengan istilah “al-‘Ulum al-Naqliyah”, yaitu ilmu yang objek kajian utamnya adalah Kalam Allah SWT dan As-Sunnah Rasulullah SAW, maupun ilmu-ilmu yang tidak berkaitan dengan agama secara lansung yang dikenal dengan istilah al-‘Ulumal-‘Aqiyah”, yaitu ilmu – ilmu rasional – emperik   yang objek kajian utamanya adalah ciptaan Allah SWT, seperti kedokteran, ilmu bumi,  ilmu ukur, astronomi, matematika, fisika, biologi, dan sebagainya.
Ada dua pusat perkembangan filsafat dalam dunia Islam, yang pertama, di timur yang berkembang di Baqdad. Kedua, di Barat yang berkembangdi Andalusia. Hanya saja di Andalusia pada waktu itu ilmu dan kebudayaan mati, sedangkan di timur tidak demikian keadaannya.[7] Ketika datang Islam menguasai Persia, Syria dan Mesir serta



pusat khalifah Muawiyah, lahirlah dua kota yang sangat penting dalam sejarah pemiki
\\




ran islam, yaitu Bashrah dan Kufah. Filsafat Yunani yang telah diterjemakan ke bahasa Suryani tetap terpeliharah, kemudian diterjemakan ke bahasa Arab yang di mulai pada masa Khalid bin Yazid Al – Umawi. Gerakan terjemaan tersebut pada masa Al – Mansur dan Al – Ma’mun berkembang sangat pesat.pada masa Abbasiah ini, Baghdad ibukota juga pusat kehidupan politik dan pusat ilmu filsafat dan ilmu pengetahuan, serta kebudayaan yang menarik para pemikir dan serjana dari berbagai pelosok. Keadaan Bagdad waktu itu seperti Athena pada abad V SM atau paris pada abad XIX Masehi, yang semuanya sebagai pusat kebudayaan dunia
Pada masa ini pula muncul bermacam – macam reaksi dari masyarakat[8]islam. Pada satu pihak ada yangmenolak keseluruhan karena dianggap membahayakan agama, ada yang menolak sebagiannya saja, dan ada yang menerima semuanya, bahkan mengembangkannya dan memadukannya dengan ajaran islam. Kebudayaan islam berkembang dengan pesat demikian pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Pada saat filasafat lahir dan mulai tumbuh, ilmu pengetahuan masih merupakan bagian yang tak terpisakan dari filsafat. Para pemikir yang terkenal sebagai filsuf adalah juga ilmuwan. Bagi mereka, ilmu pengetahuan adalah filsafat, dan filsafat adalah ilmu pengetahuan. Pada mulanya filsafat mencangkup seluruh ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan dapat dirumuskan sebagai himpunan sebab akibat yang disusun scara sistematis dari pengamatan, percobaan dan penalaran. Disusun diawali dari pengamatan, percobaan,dan penalaran.ilmu pengetahuan mutlak dibutukandalam sebuah eksperimen.ilmu pengetahuan di susun di awali oleh rasa ingin tahu di mengenai kejadian di sekeliling kita yang dilanjudkan mempertanyakannya secara tidak putus – putus dalam rangka memahami kejadian yang belum kita kita ketahui. Realitas yang

begitu kayaraya. Akan menuntut berbagai metode dalam kelahiran dan perkembangnya. Hal yang wajar apabila ilmu pengetahuan di bagun oleh eksperimen, tetapi tidak akan dapat menyentu.realita yang asasi 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar